Langsung ke konten utama

Hubungan Kadar Fluor Air Sumur Dengan Bebas Karies di Dusun Banjarsari Kabupaten Kederi Tahun 2017


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
             2.1.1     Definisi karies
Karies adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat di ragikan. Proses terjadinya karies di mulai dengan adanya plak pada permukaan gigi. Sukrosa dari sisa makanan dan mikroorganisme pada gigi dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan timbulnya asam yang menurunkan pH mulut menjadi kritis kurang dari 5,5 dan hal ini akan menyebabkan terjadinya demineralisasi email dan akan berlanjut menjadi karies gigi. Awal terjadinya karies gigi terlihat adanya lesi karies berwarna putih pada gigi sebagai akibat dekalsifikasi, selanjutnya lesi karies akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikikis gigi (Tarigan,2015).
             2.1.2     Etiologi
Karies gigi merupakan penyakit periodontal yang dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat. Etiologi karies bersifat multifaktorial, sehingga memerluhkan faktor-faktor penting seperti host, agent, mikroorganisme, substrat dan waktu.
1.    Host
Ada beberapa faktor yang di hubungkan dengan karies gigi sebagai host atau tuan rumah terhadap karies yaitu morfologi gigi (ukuran dan bentuk), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies.
Permukaan gigi yang rawan terhadap karies adalah :
a.)  Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisif.
b.) Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
c.)  Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi ginggiva.
d.) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resisi ginggiva karena periodosium.
e.)  Tepi tumpatan terutama yang kurang.
f.)  Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
2.    Subtrat
   Faktor subtrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel. Karbohidrat memiliki peranan penting dalam pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dari pada glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik dan yang paling banyak dikonsumsi. Makanan dan minuman yang mengandung gula dapat menurunkan pH dengan cepat sehingga mengakibatkan demineralisasi pada enamel.
3.    Mikroorganisme
   Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu maktrik yang terbentuk  dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak yang berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak ditemui seperti streptococus mutans, streptococus sanguis, streptococus mitis, streptococus salivarius, serta beberapa strain lainnya. Walaupun demikian, streptococus mutans yang diakui menjadi penyebab karies.
4.    Waktu
   Karies merupakan suatu penyakit kronis progesif yang membutuhkan waktu beberapa bulan hingga tahun untuk dapat berkembang.
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya karies yaitu:
1.    Umur
Pada studi epidemiologi, terdapat suatu peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi. Sedangkan anak - anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih beresiko terhadap terjadinya karies akar. Dalam penelitian Tarigan membuat faktor umum menjadi 3 fase, yaitu :
a.    Periode gigi campuran, disini Molar 1 paling sering terkena karies
b.    Periode pubertas (remaja) umur antara 14 – 20 tahun. Pada masa perubahan hormon yang dapat menimbulkan pembengkaan gusi, sehingga kurang terjaganya kebersihan gigi dan mulut dan dapat meningkatan prosentasi karies.
c.    Umur antara 40 – 50 tahun.
Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga, sisa- sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.
2.    Jenis kelamin
   Karies pada perempuan masa anak dan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun demikian, komposisi gigi hilang (M, Missing) lebih sedikit daripada laki-laki.
3.    Ras
   Keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan prosentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu ada rahang yang sempit, sehingga gigi – gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan kondisi demikian mempersulit untuk membersihkan gigi dan mulut dan ini mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut.



4.    Oral higiene
   Karies dapat dikurangi dengan melakukan  pembersihan plak secara mekanis dari permukaan gigi. Pembersihan dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor secara rutin dapat mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat mendeteksi karies dini dan gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak secara teratur dapat mengurangi insiden karies dan plak akan berkurang sehingga pembentukan asam  akan berkuarang dan karies tidak terjadi.
5.    Air ludah
   Secara mekanis air ludah ini berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Secara enzimatis air ludah ini ikut dalam sistem penguyahan untuk memecah unsur makanan. Telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki presentase karies.
6.    Makanan
   Pengaruh makanan tergantung pada komponen-komponennya dan dipengaruhi berbagai macam faktor, karbohidrat akan dimetabolisme bakteri dan plak menjadi asam dengan kadar yang berbeda. Seseorang dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan giginya dibandingkan dengan kebiasaan diet lemak dan protein (Tarigan, 2015).
             2.1.3     Patogenesis karies
        Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak beserta bakteri penyusunnya. Mikroorganisme laktobasillus dan streptococcus mempunyai peranan penting dalam terbentuknya karies.  Bakteri streptococcus akan membentuk asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong laktobasillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies. Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang peranan utama dalam proses karies, yaitu memfermentasi karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluser dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam terus menerus.
        Proses karies diperkirakan sebagai perubahan dinamik antara tahap demineralisasi dan remineralisasi. Proses demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau keseluruhan dari kristal enamel. Demineralisasi terjadi karena penurunan pH oleh bakteri kariogenik selama metabolisme yang menghasilkan asam organik pada permukaan gigi dan menyebabkan ion kalsium, fosfat dan mineral yang lain berdifusi keluar enamel membentuk lesi dibawah permukaan. Sedangkan proses remineralisasi merupakan proses pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat yang terurai ke luar enamel atau kebalikan reaksi demineralisasi dengan penumpatan kembali mineral pada lesi dibawah permukaan enamel. Remineralisasi terjadi jika asam pada plak dinetralkan oleh saliva seperti kalsium dan fosfat menggantikan mineral yang hilang dibawah permukaan enamel.
        Proses remineralisasi dan demineralisasi terjadi secara bergantian didalam rongga mulut selama mengkonsumsi makanan dan minuman. Lesi awal karies dapat mengalami remineralisasi tergantung pada beberapa faktor diantaranya diet makanan, penggunaan fluor dan seimbangan pH saliva. Jika lapisan tipis enamel masih utuh, lesi awal karies mengalami demineralisasi secara terus menerus, maka lesi akan berlanjut ke dentin membentuk kavitas yang tidak dapat kembali normal (irreversibel), tetapi mungkin juga tidak berkembang  ( arrasted) (Sari, 2013).
             2.1.4     Karies jika tidak di rawat
 Gigi telah berlubang atau karies itu dibiarkan  dan tidak di lakukan perawatan, maka akan semakin meluas dan semakin dalam jika lubang gigi sudah dalam dan merusak atap pulpa maka bakteri akan masuk ke ruang pulpa sehingga terjadilah radang pulpa  atau pulpitis, akan berlanjut menjadi abses ( Pratiwi,2007).
2.2 Fluor
             2.2.1     Definisi fluor
Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Unsur ini di temukan dalam bentuk ion fluorida (F). Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air termasuk air laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur lain membentuk senyawa fluoride (Utomo, 2013).

             2.2.2     Manfaat Fluor
Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi mempunyai beberapa manfaat yaitu :
a.    Pra erupsi
1.    Selama pembentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari pengurangan sejumlah matrik yang di bentuk.
2.    Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten terhadap asam.
3.    Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandungan karbonat lebih rendah kelarutannya terhadap asam.
4.    Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi makanan dan plak.
b.    Pasca erupsi
1.    Fluorapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.
2.    Fluorapatit lebih padat dan membentuk kristal sedang daerah permukaan yang bereaksi dengan asam lebih sedikit.
3.    Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan pelindung karena sedikit larut dalam asam).
4.    Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apaptit dengan karbonat rendah lebih stabil dan kurang larut dibandingkan karbonat tinggi.
5.    Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga merangsang perbaikan/penghentian lesi karies awal.
6.    Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan glukosa dalam streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida (Herdiyanti dan sasmita, 2010).
             2.2.3     Penggunaan fluor
        Cara penggunaan fluor dapat dibagi menjadi, secara sistemik dan topical.
a.    Sistemik
Penggunaan fluor secara sistemik merupakan fluor yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Penggunaan fluor secara sistemik untuk gigi yang belum erupsi. Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1.    Fluoridasi air minum
Air minum yang di konsumsi di suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia maka penduduk di daerah tersebut akan terlindung dari karies. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1 – 1,2 ppm (part per million).
2.    Pemberian fluor melalui makanan
Makanan yang mengandung fluor hanya di anjurkan untuk mereka (terutama anak–anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak terfluoridasi. Beberapa makanan yang berasal dari tumbuhan di pengaruhi oleh konsentrasi fluor dalam air pada tumbuhan tersebut misalnya dalam kentang, kapri, tomat, jeruk, apel dan strawberi terdapat 0,1 mg/kg. Sedangkan pada tanaman teh terdapat kandungan fluor antara 3,2 – 400 mg/kg.
3.    Pemberian fluor dalam bentuk obat – obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan vitamin – vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang beresiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai kadar fluor yang optimal (Herdiyanti dan Sasmita, 2010).
b.    Pemberian dalam bentuk Topical
   Penggunaan fluor sebagi bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahan permukaan gigi dan proses karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara :         
1.    Topikal Aplikasi
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel gigi. Setelah gigi di oleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh di gunakan makan, minum atau kumur - kumur. Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian vasnish fluor. Pemberian varnish fluor di anjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak mencukupi untuk mencegah atau menghambat perkembangan karies.
2.    Kumur-kumur dengan larutan fluor
3.    Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20–50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak berumur diatas enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi pasien – pasien yang memakai alat ortho.
4.    Menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor
Menggosok gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Herdiyanti dan sasmita, 2010).
             2.2.4     Indikasi dan kontraindikasi
Menurut Donley (2003), melalui :
1.    Indikasi
a.    pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
b.    gigi dengan permukaan akar yang terbuka
c.    gigi yang sensitif
d.   anak – anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi (contoh : Down syndrome)
e.    pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik
2.    Kontraindikasi
a.    Pasien anak dengan risiko karies rendah
b.    Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum yang kadar fluornya tinggi
c.    Terdapat kavitas yang terbuka

             2.2.5     Metabolisme dan ekskresi fluor
     Ion fluor 96% diabsorsi melalui saluran pencernaan yakni pada lambung dan usus kecil. Setelah masuk pencernaan, fluor diabsorbsi selama 30-90 menit, terutama melalui mokusa usus dan lambung. Distribusi fluor berlangsung cepat mengikuti dosis fluor dalam rongga mulut. Konsentrasi fluor dalam darah akan mencapai puncaknya sekitar satu jam setelah konsumsi fluor dan selanjutnya akan menurun. Empat jam kemudian konsentrasi fluor dalam plasma akan menjadi normal kembali, yaitu sekitar 0,01 sampai 0.15 ppm. 90-95% fluor dalam tubuh akan diekskresikan melalui urine. Selain itu sekitar 5-10 % dapat di ekskresikan juga melalui Fases, Keringat, Kelenjar air susu, Kelenjar saliva, dan cairan ginggiva dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam struktur gigi, fluor terdopisit dalam enamel melalui jalur sistemik ketika gigi tumbuh dan dalam fase pematangan. Pada geligi dewasa, fluor yang ada didalam lingkungan rongga mulut masuk melalui enamel dengan mekanisme fisikokimiawi. Konsentrasi fluor pada enamel individu yang secara rutin mengkonsumsi air minum dengan kadar fluor 1 ppm, dapat mencapai 800-900 ppm pada permukaan luar. Fluor juga berpenetrasi pada bgaian enamel yang mengalami demineralisasi akibat terbentuknya karies yang baru (Utomo,2013).
        2.2.6 Intake dan toksisitas fluor
        Secara optimal intake fluor yang telah ditetapkan WHO adalah 0,07 mg/kg berat badan per hari. Sedangkan menurut Mc.Clure, untuk anak-anak usia 1-12 tahun, intake yang paling optimal adalah 0,05 mg/kg berat badan, sementara menurut farkas, intake yang paling optimal tanpa menimbulakan fluororsis adalah 0,07 mg/kg berat badan untuk usia 1-12 tahun.
            Jaringan gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda awal terjadinya toksisitas. Mottled enamel merupakan suatu manifestasi awal konsumsi fluor yang berlebihan. Paparan fluor dalam konsentrasi tinggi dan lama akan menyebabkan terjadinya detruksi gigi. Peningkatan di atas 1 mg/L pada air minum akan menunjukkan tanda-tanda klinis terjadinya toksisitas. Pada penderita fluorosis, konsentrasi  fluor dalam darah meningkat dari konsentrasi normal ± 0,04 µg/ml menjadi 0,5-0,8 µg/ml.
     Tanda-tanda awal asupan fluor yang berlebihan adalah timbulnya belang-belang pada enamel (fluorosed) pada masa erupsi gigi. Secara klinis timbul berupa garis-garis putih yang halus pada enamel. Bahkan enemel bisa retak hinggi pecah ketika erupsi gigi sedang berlangsung. Tingkat keparahan fluorosis tergantung pada seberapa jumlah fluor yang tertelan, waktu, dan kerentanan individu, misalnya berat badan penderita ( Utomo,2013).
             2.2.7     Mekanisme kerja fluor dalam mencegah karies
        Terapi fluor dalam konsentrasi yang tepat dapat berperan dalam menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi enamel dan dentin, baik penggunaan secara topikal dalam bentuk kumur, varnish, maupun penggunaan lain seperti pasta gigi. Mineral enamel tersusun dari kristal apatit yang terdiri dari ion kalsium (Ca2+), fosfat (PO43-) dan hidroksil-apatit atau Ca10(PO4)6(OH)2-. Setiap gugus ion akan membentuk fluorapatit atau Ca(PO4)6F2. Fluor dapat dijumpai pada jaringan keras karena afinitasnya yang besar terhadap jaringan tulang dan mineral gigi. Kekerasan tulang dan gigi disebabkan kadar senyawa kalsium fosfat yang tinggi dan diantara senyawa kalsium fosfat, hidroksilapatiti merupakan senyawa yang memegang peranan yang paling penting.
Ketika fluor dikonsumsi dan melekat pada enamel, akan terjadi reaksi permulaan terbentuknya endapan kalsium fluorida di permukaan enamel yang permulaan terbentuknya endapan kalsium fluorida di permukaan enamel yang jumlahnya lebih banyak daripada terbentuknya fluorapatit di reaksi yang kedua.
Ca10(PO4)6(OH)2-+ 20 F
Hidroksil-apatit
10CaF2 + 6PO4 + 2OH
Kalsium fluorida
Caf2 tidak terikat kuat dan secara bertahap akan terlepas. Karena Caf2 dapat larut sedikir di dalam air, kebanyakan zat ini akan larut dan hilang dalam beberapa jam setelah terapi, tetapi sebagian diikat oleh enamel. Selanjutnya reaksi kedua akan terbentuk sebagai berikut
Ca10(PO4)6(OH)2-+ 2 F
Hidroksil-apatit
Ca10(PO4)6F2 + 2OH
Fluorapatit
Pada reaksi ini terjadi pertukaran langsung antara ion OH dan ion F-, reaksi pertukaran ini tergantung dari pH, dimana pada pH 4 reaksi akan berlangsung lebih cepat dibandingkan reaksi pada pH 7, karena pada pH rendah akan terbentuk hasil berupa ikatan kalsiumfosfat yang disebut dengan brushit.
Efek fluor secara topikal dalam menghambat karies meliputi 3 mekanisme :

1. Glikolisis
     Sifat antibakteri fluor yang bekerja pada plak dengan pH          rendah dengan pH rendah dengan cara membentuk asam        hidrofluorik yang akan mempengaruhi kerja kerja enzim yang               berhubungan.
2. Demineralisasi
     Proses ini fluor menghambat kelarutan kalsium dan fosfat pada             permukaan enamel pada lesi karies dini pada waktu terjadi kerusakan.
3. Remineralisasi
     Proses ini fluor menambah remineralisasi dengan cara    pengendapan kalsium dan fosfat pada permukaan enamel agar      terjadi rekristalisasi sehingga lebih tahan terhadap asam (      Agtini dkk, 2005).
Peningkatan kadar fluor diharapkan akan dapat mencegah terjadinya karies melalui 3 tahap, yaitu melalui efek anti bakteri, peningkatan remineralisasi dan penurunan demineralisasi enamel. Fluor memiliki kemampuan dalam menghambat produksi polisakarida oleh bakteri kariogenik sehingga menurunkan perlekatan plak dan mengurangi koloni bakteri. Selain itu, fluor juga dapat menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri sehingga hasil sampingan berupa asam dapat dikurangi. Ketika asam dihasilkan karena metabolisme karbohidrat, penurunan pH akan memicu reaksi fluor berlangsung lebih cepat. Semakin banyak kadar fluor yang ada, maka reaksi yang terjadi juga akan semakin banyak. Rilis fluor akan berekasi dengan hidroksilapatiti dan menghasilkan fluorapatit, suatu lapisan kristal enamel baru yang lebih kuat dan lebih tahan asam sehingga demineralisasi dapat dihambat. Proses terbentuknya kristal baru tersebut berlangsung terus menerus. Peningkatan kadar fluor dari aplikasi obat kumur yang mengandung fluor dapat menghambat aktifitas karies.
                        Demineralization
                                                                                    Acid
Remineralization
           


Calsium
                Phospate
                Fluoride


                                                                                                               
Enamel Crystal = Carbonated Apatit
Performed  Enamel Crystal
Partly Dissolved Enamel Crystal
New fluorapatit-like coating on crystal
 













Gambar 2.1
Mekanisme fluor dalam mencegah karies
Fluor merupakan salah satu agen kariostat yang paling efektif dalam kedokteran gigi terutama kedokteran gigi anak. Berdasarkan penelitian oleh jeevarethan, aplikasi topikal fluor dapat menurunkan koloni streptococuc mutans  pada plak setelah 24 jam secara signifikan. Fluor memiliki kemampuan mengurangi metabolisme karbohidrat dan menghambat produksi asam sehingga pertumbuhan plak akan melambat ( Utomo,2013).
2.3 Air
             2.3.1     Pengertian Air
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa air tetapi masih bisa bertahan hidup tanpa makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55 – 60 % berat badan terdiri dari air, sedangkan anak-anak sekitar 65 % berat badan dan untuk bayi sekitar 80 %.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.
Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, Untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Syarat- syarat air minum yang sehat :
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya di usahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1.    Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya sehingga dalam kehidupam sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2.    Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air. Dan bila pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3.    Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain :






Jenis bahan
Kadar yang dibenarkan (mg/liter)
Fluor (F)
Chlor (CI)
Arsen (As)
Tembaga (Cu)
Besi (Fe)
Zat organik
Ph (keasaman)
Co 2
1 – 1,5
250
0.05
1,0
0,3
10
6,5 – 9,0
0
Tabel 2.1
             2.3.2     Sumber – Sumber Air Minum

6
5
3
2
4
1
Gambar 2.2
Skema Lapisan-lapisan Air Tanah
1.    Air Hujan
Merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2, CO2, N2, juga zat-zat renik dan debu. Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya
2.    Air permukaan
Air permukaan berasal dari air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air permukaan ini kemudian mengalir ke sungai-sungai dan danau. Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang tercemar berat.
3.    Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai dan danau. Air sungai dan danau ini sering terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah dahulu.
4. Mata air
Tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Sedangkan Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan, didalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.
5.    Air dari sumur dangkal
Air dari sumur dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.
6.    Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan) (Notoatmodjo. 2010).
 2.4  Gambaran geografis    
Posisi geografi Kabupaten Kediri terletak antara 1110 47' 05" sampai dengan  1120 18'20" Bujur Timur dan 70 36' 12" sampai dengan  80 0' 32 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh 5  Kabupaten, yaitu : Sebelah Barat : Tulungagung dan Nganjuk,  Sebelah Utara : Nganjuk dan Jombang,  Sebelah Timur : Jombang dan Malang,  Sebelah Selatan : Blitar dan Tulungagung.
Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian 64 – 1000 diatas permukaan laut  dan  dilalui aliran sungai Brantas yang membelah  dari selatan  ke utara. Suhu udara berkisar antara 23 0C sampai dengan 310 C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari. secara keseluruhan luas wilayah ada sekitar 1.386.05  Km2  atau + 5%,  dari luas wilyah Propinsi Jawa Timur. Kabupaten kediri  terbagi menjadi 29 Kecamatan serta 343 Desa dan 1 Kelurahan.
Wilayah Kabupaten Kediri  diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat Vulkanik dan Gunung Wilis disebelah barat yang bersifat non vulkanik, sedangkan tepat di bagian tengah wilyah Kabupaten Kediri melintas sungai Brantas yang membelah wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian barat sungai Brantas: merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung Klotok. dan bagian timur Sungai Brantas.
Kecamatan Plemahan terletak di sebelah utara Kabupaten Kediri dan batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pagu, batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan  Kecamatan Papar, batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pare, sedangkan batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kunjang.  Kecamatan Plemahan memiliki luas 47,88 km dan  terbagi dari 19 Desa/Kelurahan dengan  jumlah masyarakat Kecamatan Plemahan keseluruhan pada tahun 2015 sebesar 55.417 jiwa.
Dusun Banjarsari merupakan dusun di Desa Sidowarek yang berbatasan dengan Dusun Rejosari dan Desa Paldaplang Kecamatan Badas. Luas Desa Sidowarek adalah 47,88 km2  dengan jumlah warga Desa Sidowarek  2516 jiwa dan jumlah warga Dusun Banjarsari 495 jiwa. ( Profil Kabupaten Kediri, 2015).


DAFTAR PUSTAKA

Agtini MD, Sintawati, Tjahja I. 2005. Fluor dan Kesehatan Gigi. Media Litbang Kesehatan Vol:XV no. 2. Hal 25-31.
Herdiyanti Y, Sasmita SI. 2010. Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi. Bandung. Universitas Padjadjaran.
Hidayat S, Utami K Naning, Amperawati M. 2014. Indeks Def-t pada anak taman kanak-kanak sekota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Jakarta. Jurnal Skala kesehatan vol:5 no.2
Iswanto L, Posangi J, Mintjelungan C. 2016. Profil Status Karies Pada Anak Usia 13-15 Tahun Dan Kadar Fluor Air Sumur Di Daerah Pesisir Pantai Dan Daerah Pegunungan. Manado.  Jurnal e-Gigi (eG) vol:4 no. 2. Hal 115-123.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Badan  Penelitiandan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Hal 110-117.
Musta`inah I,2012. Perbedaan karies gigi dan kadar fluor air sumur siswa SMA di Kecamatan Asembagus (daerah pantai) dan di Kecamatan Sukosari (daerah gunung). Jember. Universitas Jember. Skripsi.
Notoatmodjo S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip. Jakarta. Rineka Cipta. Hal 152-155.
                        ,2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Hal 20.
Oktavilia D Wina, Probosari N, Sulistiyani. 2014. Perbedaan OHI-S, DMF-T dan def-t pada sekolah dasar berdasarkan letak geografis di Kabupaten Situbondo. Jember. e-Jurnal Pustaka kesehatan vol:2. Hal 34-41.
Pratiwi D,2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-Hari. Jakarta. Kompas Media Nusantara. Hal  25.
Profil kabupaten kediri, 2013. Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Kediri. Hal 1-18.

Rochmawati, 2012. Gambaran Karies Gigi Berdasarkan Kadar Fluor Air Sumur Pada     Masyarakat di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Jember. Universitas Jember. Skripsi.
Sumiok BS, Pengemanan, Niwayan 2015. Gambaran Kadar Fluor Air Sumur Dengan Karies Gigi Di Desa Boyongpante Dua. Manado. PHARMACON-Jurnal Ilmiah Farmasi. Hal 116-119.
Tarigan, R. 2015. Karies Gigi. EGC. Jakarta. Hal. 1-33.
Utomo PD,2013. Perbedaan Kadar fluor Saliva pada anak setalah pemakaian obat kumur yang mengandung sodium Fluorida. Surabaya. ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga.
Viona AN, 2016. Identifikasi kadar fluor pada air sumur dengan DMF-T pada siswa SDN Keboan Anom Sidoarjo, Surabaya, Karya Tulis Ilmiah.



 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Upaya Pencegahan (Preventive) Menurut Leavel and Clark by erlin

BAB I PENDAHULUAN Sejarah membuktikan bahwa semenjak dilakukan pelaksanaan program kedokteran gigi pencegahan kepada masyarakat secara meluas , terutama di negara – negara maju, telah dapat menurunkan prevalensi dan insidensi penyakit gigi secara nyata. Misalnya keadaan peningkatan prevalensi bebas karies cukup tinggi untuk kelompok umur 5-12 tahun, yang telah dilaporkan oleh negara Belanda, New Zealand, Firlandia, dan Australia. Kecenderungan penurunan angka kesakitan gigi ini tentu saja mengembirakan, karena menunjukkan bukti keberhasilan program kedokteran gigi pencegahan. BAB II PEMBAHASAN I. Upaya Pencegahan (Preventive) Menurut Leavel and Clark I.I Usaha   Pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Leavell dan clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the doctor in his community” Usaha-usaha pencegahan itu adalah : A. Masa sebelum sakit Mempertinggi nilai...

penurunan kesadaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1               Latar belakang Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan hasil pengumpulan data Rumah Sakit Pendidikan dr. Piringadi, para peneliti memperkirakan bahwa terdapat 3% kasus dengan penurunan kesadaran atau koma dari 10% jumlah kasus kegawatdaruratan neurologi di Rumah Sakit dr. Piringadi Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebridan  Ascending Reticular Activating System (ARAS) Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan.Ascending Reticular Activating System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla spinalismenuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehin...

who is dental asisten or dental therapis?

DENTAL ASISTEN A.   Pengertian Dental Asisten Dental asisten adalah Seorang profesional yang membantu dokter gigi selama pemeriksaan dan pengobatan pasien. Dental bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil   alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama satu prosedur perawatan sedang di lakukan. B.   Tanggung jawab Dental Asisten Tanggung jawab Dental Asisten sebagai berrikut : 1.       Siapkan pasien, mensterilkan dan mendisinfeksi instrumen, set up alat nampan, menyiapkan bahan, dan membantu dokter gigi selama prosedur gigi. 2.       Membawa dan mencatat sejarah medis dan gigi dan tanda-tanda vital pasien. 3.       Paparan sinar   x gigi diagnostik. 4.       Membuat tayangan awal untuk studi gips dan pendaftaran oklusal untuk pemasangan gips studi. 5.    ...